Jantung Bocor pada Bayi: Penyebab, Gejala, dan Solusi Medisnya
Meskipun belum semua penyebab dapat dijelaskan secara pasti, berbagai penelitian dan data medis menunjukkan bahwa kondisi ini dipengaruhi oleh kombinasi faktor genetik, lingkungan, dan kondisi kesehatan ibu selama kehamilan.
Pada bayi dengan jantung bocor kecil, sering kali tidak ditemukan gejala yang mencolok. Bahkan, banyak kasus baru terdeteksi saat bayi menjalani pemeriksaan rutin.
Bayangkan seorang bayi mungil yang tampak sehat dari luar, namun ternyata menyimpan kelainan di jantungnya yang tak terlihat dengan mata telanjang. Kondisi ini sering kali tidak terdeteksi sejak awal dan baru diketahui setelah bayi mengalami kesulitan menyusu, berat badan sulit naik, atau tampak membiru saat menangis. Salah satu kondisi yang cukup sering terjadi pada bayi baru lahir adalah jantung bocor. Meski terdengar menakutkan, kondisi ini bisa ditangani dengan baik apabila dikenali sejak dini dan mendapat perawatan yang tepat.
Secara medis, istilah jantung bocor pada bayi merujuk pada kelainan bawaan pada struktur jantung yang terjadi sejak bayi masih dalam kandungan. Dalam dunia kedokteran, kondisi ini dikenal sebagai Penyakit Jantung Bawaan (PJB), yang terjadi ketika terdapat celah atau lubang pada sekat jantung—baik antar serambi (Atrial Septal Defect / ASD) maupun antar bilik (Ventricular Septal Defect / VSD), atau adanya hubungan yang tidak tertutup sempurna antara pembuluh darah besar seperti pada kondisi Patent Ductus Arteriosus (PDA).
Menurut data dari Children’s HeartLink, sekitar 1 dari 100 bayi yang lahir di dunia mengalami kelainan jantung bawaan. Di Indonesia sendiri, angka kejadian PJB diperkirakan mencapai 8 per 1.000 kelahiran hidup, menjadikan jantung bocor sebagai salah satu jenis kelainan bawaan yang paling sering ditemukan pada bayi.
Apa Itu Jantung Bocor pada Bayi?
Jantung bocor pada bayi adalah istilah awam yang merujuk pada adanya lubang atau celah abnormal di bagian dalam jantung bayi yang seharusnya tertutup rapat sejak lahir. Kondisi ini termasuk dalam kategori Penyakit Jantung Bawaan (PJB)—kelainan struktur jantung yang sudah terjadi sejak bayi masih berada dalam kandungan.
Normalnya, jantung manusia terdiri dari empat ruang yang dipisahkan oleh dinding sekat: dua serambi di atas (atrium) dan dua bilik di bawah (ventrikel). Jika terdapat lubang pada dinding pemisah ini, maka darah dari sisi kiri dan kanan jantung bisa bercampur. Akibatnya, kerja jantung menjadi lebih berat karena harus memompa lebih banyak darah, dan hal ini bisa memengaruhi suplai oksigen ke seluruh tubuh bayi.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), PJB merupakan jenis cacat bawaan paling umum dan memengaruhi sekitar 40.000 bayi setiap tahunnya di Amerika Serikat. Di Indonesia, berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, angka kejadian PJB diperkirakan mencapai 30.000 kasus baru per tahun, dan banyak di antaranya berupa kasus jantung bocor.
Jenis-Jenis Jantung Bocor yang Umum pada Bayi
Ada beberapa jenis jantung bocor yang paling sering ditemukan pada bayi, di antaranya:
1. Atrial Septal Defect (ASD) – Lubang di Sekat Antar Serambi
ASD terjadi ketika terdapat lubang di antara dua ruang atas jantung (serambi kanan dan kiri). Pada kondisi normal, kedua serambi ini tidak saling terhubung, namun pada ASD, darah kaya oksigen dari serambi kiri mengalir kembali ke serambi kanan. Kebocoran ini bisa menyebabkan peningkatan aliran darah ke paru-paru dan membuat bayi bernapas cepat atau mudah lelah. Ukuran lubangnya bisa kecil (dan menutup sendiri seiring pertumbuhan), atau besar hingga membutuhkan intervensi medis.

2. Ventricular Septal Defect (VSD) – Lubang di Sekat Antar Bilik
VSD adalah jenis jantung bocor yang paling umum ditemukan. Lubang ini terletak di antara dua ruang bawah jantung (bilik kanan dan kiri). Mirip seperti ASD, darah dari sisi kiri yang kaya oksigen bisa mengalir kembali ke sisi kanan dan menuju paru-paru. Jika lubangnya cukup besar, kondisi ini dapat menyebabkan pembesaran jantung dan gejala seperti kesulitan menyusu, gangguan pertumbuhan, atau sesak napas.

3. Patent Ductus Arteriosus (PDA) – Saluran yang Tidak Menutup
PDA terjadi ketika ductus arteriosus, yaitu saluran alami yang menghubungkan arteri paru dan aorta selama masa janin, gagal menutup setelah bayi lahir. Saluran ini sebenarnya hanya diperlukan saat bayi masih dalam kandungan dan seharusnya tertutup secara alami dalam beberapa hari pertama setelah kelahiran. Jika tetap terbuka, darah dari aorta bisa mengalir kembali ke paru-paru, menyebabkan paru-paru kelebihan cairan dan meningkatkan beban kerja jantung.
Selain ketiga jenis di atas, ada pula PJB kompleks seperti Tetralogy of Fallot atau Transposition of Great Arteries yang membutuhkan penanganan lebih intensif. Namun, kasus tersebut lebih jarang terjadi.
Penyebab Jantung Bocor pada Bayi
Jantung bocor atau penyakit jantung bawaan (PJB) terjadi sejak bayi masih dalam kandungan. Meskipun belum semua penyebab dapat dijelaskan secara pasti, berbagai penelitian dan data medis menunjukkan bahwa kondisi ini dipengaruhi oleh kombinasi faktor genetik, lingkungan, dan kondisi kesehatan ibu selama kehamilan. Berikut adalah beberapa penyebab umum jantung bocor pada bayi:
1. Faktor Genetik
Salah satu penyebab utama jantung bocor pada bayi adalah faktor keturunan. Jika ada riwayat penyakit jantung bawaan dalam keluarga—baik dari ayah, ibu, maupun saudara kandung—maka risiko bayi mengalami kelainan jantung juga meningkat.
Studi dari American Heart Association (AHA) menunjukkan bahwa peluang seorang anak mengalami kelainan jantung meningkat 3–5 kali lipat apabila terdapat anggota keluarga dekat dengan riwayat PJB. Kelainan ini bisa diturunkan dalam bentuk mutasi gen tertentu yang memengaruhi pembentukan struktur jantung saat masa kehamilan.
Catatan: Pemeriksaan genetik bisa menjadi langkah pencegahan bagi pasangan dengan riwayat keluarga PJB untuk mengetahui risiko sejak awal.
2. Kelainan Kromosom (Misalnya Down Syndrome)
Kelainan pada kromosom bayi juga sangat berkaitan erat dengan kondisi jantung bocor. Salah satu yang paling umum adalah Down Syndrome, yaitu kondisi genetik akibat kelebihan salinan kromosom 21 (trisomi 21).
Menurut data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sekitar 50–65% bayi dengan Down Syndrome mengalami penyakit jantung bawaan, termasuk jantung bocor. Jenis kelainan yang sering ditemukan adalah Atrioventricular Septal Defect (AVSD)—gabungan dari lubang antara serambi dan bilik jantung.
Kesimpulan: Pemeriksaan kehamilan secara berkala sangat penting untuk mendeteksi kemungkinan kelainan kromosom sedini mungkin.
3. Infeksi Selama Kehamilan
Infeksi tertentu yang dialami ibu hamil dapat mengganggu perkembangan organ vital janin, termasuk jantung. Salah satu infeksi yang paling dikenal sebagai penyebab PJB adalah infeksi Rubella (Campak Jerman) pada trimester pertama kehamilan.
Rubella yang tidak ditangani dapat menyebabkan sindrom rubella kongenital pada bayi, yang mencakup gangguan pada jantung, penglihatan, dan pendengaran. Selain itu, ibu dengan diabetes gestasional yang tidak terkontrol juga memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan jantung bocor.
Data WHO menyebutkan bahwa infeksi Rubella saat kehamilan menyumbang sebagian besar kasus sindrom rubella kongenital di negara-negara berkembang, termasuk kelainan jantung bawaan. Vaksinasi sebelum kehamilan dan pengendalian gula darah selama kehamilan sangat penting untuk mencegah risiko ini.
4. Paparan Zat Berbahaya (Rokok, Alkohol, Obat-obatan Tertentu)
Paparan zat-zat berbahaya selama kehamilan sangat memengaruhi perkembangan janin, terutama organ-organ vital seperti jantung. Ibu hamil yang merokok, mengonsumsi alkohol, atau menggunakan obat-obatan tertentu tanpa pengawasan dokter berisiko tinggi melahirkan bayi dengan kelainan jantung.
- Rokok mengandung nikotin dan karbon monoksida yang dapat mengganggu suplai oksigen ke janin.
- Alkohol dapat menyebabkan fetal alcohol syndrome, yang juga berkaitan dengan kelainan struktural jantung.
- Obat-obatan tertentu seperti isotretinoin (untuk jerawat berat) dan obat antikejang bisa berdampak buruk bila dikonsumsi tanpa pengawasan medis.
5. Faktor Lingkungan
Lingkungan tempat tinggal dan kondisi kehidupan ibu hamil juga dapat menjadi pemicu kelainan jantung bawaan. Beberapa faktor lingkungan yang berpotensi menyebabkan jantung bocor pada bayi meliputi:
- Paparan bahan kimia berbahaya seperti pestisida, logam berat, atau pelarut industri.
- Polusi udara dan kualitas udara buruk di lingkungan tempat tinggal.
- Kondisi nutrisi ibu selama kehamilan, termasuk kekurangan asam folat, yang dibutuhkan untuk perkembangan sistem saraf dan organ janin.
Menurut laporan Environmental Health Perspectives, paparan polusi udara berat selama trimester pertama kehamilan dapat meningkatkan risiko cacat jantung bawaan hingga 20–30%.
Langkah Pencegahan: Menjaga pola hidup sehat, konsumsi gizi seimbang, dan menghindari paparan bahan kimia berbahaya bisa menjadi langkah nyata dalam mencegah risiko ini.
Meskipun tidak semua penyebab jantung bocor pada bayi dapat dicegah, banyak faktor risiko yang bisa dikendalikan dengan perencanaan kehamilan yang matang, pemeriksaan rutin, serta gaya hidup sehat selama kehamilan. Pemahaman ini diharapkan dapat membantu para orang tua untuk lebih waspada dan siap mengambil langkah yang tepat demi kesehatan buah hatinya.
Gejala Jantung Bocor pada Bayi
Gejala jantung bocor pada bayi bisa sangat bervariasi, tergantung pada ukuran lubang di jantung dan seberapa besar pengaruhnya terhadap sirkulasi darah. Sebagian bayi dengan kelainan ringan bisa tampak sehat dan tidak menunjukkan tanda-tanda jelas. Namun, pada kasus yang lebih serius, gejalanya bisa mengganggu tumbuh kembang dan kesehatan bayi secara keseluruhan.
Berikut adalah gejala-gejala umum yang perlu dikenali oleh orang tua:
1. Gejala Ringan (PJB Kecil)
Pada bayi dengan jantung bocor kecil, sering kali tidak ditemukan gejala yang mencolok. Bahkan, banyak kasus baru terdeteksi saat bayi menjalani pemeriksaan rutin.
Gejala ringan meliputi:
- Murmur jantung: Suara detak jantung yang tidak normal dan hanya bisa terdengar melalui stetoskop oleh dokter. Murmur ini bisa menjadi tanda awal adanya kebocoran kecil di jantung.
- Pertumbuhan dan aktivitas normal: Bayi umumnya tidak menunjukkan gangguan menyusu, bernapas, atau tumbuh kembang.
Catatan: Meskipun tampak sehat, bayi dengan murmur jantung tetap perlu dievaluasi lebih lanjut oleh dokter spesialis jantung anak (pediatric cardiologist) untuk memastikan kondisinya.
2. Gejala Serius (PJB Besar)
Jika kebocoran pada jantung cukup besar, maka kerja jantung menjadi berat dan suplai oksigen dalam tubuh bisa terganggu. Kondisi ini dapat memicu berbagai gejala yang lebih serius, seperti:
- Napas cepat atau sesak bahkan saat bayi tidak beraktivitas.
- Kesulitan menyusu atau cepat lelah saat menyusu. Bayi seringkali hanya menyusu sebentar lalu berhenti karena kehabisan napas.
- Berat badan sulit naik meskipun asupan nutrisi sudah cukup.
- Bibir, lidah, atau kuku membiru (sianosis), terutama saat menangis, menyusu, atau sedang aktif.
- Bayi tampak lemah atau rewel berlebihan tanpa sebab yang jelas.
- Keringat berlebihan, bahkan saat bayi tidak merasa panas atau baru menyusu sebentar.
Menurut data dari American Academy of Pediatrics (AAP), lebih dari 50% bayi dengan kelainan jantung bawaan signifikan mengalami gangguan pertumbuhan karena tubuhnya bekerja lebih keras untuk bernapas dan memompa darah.
3. Kapan Harus Segera Membawa Bayi ke Dokter?
Orang tua disarankan untuk segera berkonsultasi ke dokter apabila menemukan tanda-tanda berikut:
- Bayi tampak membiru, terutama di bibir dan kuku, yang menandakan kekurangan oksigen.
- Bayi mengalami napas cepat, dangkal, dan tersengal-sengal.
- Kesulitan makan atau menyusu, dan tampak kelelahan ekstrem.
- Berat badan tidak bertambah atau bahkan menurun.
- Bayi menjadi lemas, tidak responsif, atau menangis terus-menerus.
Gejala-gejala ini mungkin tampak seperti kondisi ringan lainnya, tetapi pada bayi, perubahan kecil sekalipun bisa menjadi tanda gangguan serius seperti jantung bocor.
Mengenali gejala jantung bocor sejak dini adalah kunci untuk penanganan yang cepat dan tepat. Semakin awal kondisi ini diketahui, semakin besar peluang bayi untuk mendapatkan perawatan yang efektif dan tumbuh dengan sehat. Oleh karena itu, pemeriksaan rutin dan kewaspadaan orang tua sangat berperan penting dalam mendeteksi kelainan ini.
Diagnosis Jantung Bocor pada Bayi
Mengetahui bahwa bayi Anda mengalami jantung bocor tentu bisa menjadi pengalaman yang penuh kecemasan. Namun, dengan kemajuan teknologi medis dan keahlian dokter spesialis, diagnosis jantung bocor bisa dilakukan secara akurat dan relatif cepat. Proses ini sangat penting untuk menentukan jenis, tingkat keparahan, dan langkah penanganan yang paling sesuai.
1. Pemeriksaan Fisik oleh Dokter Anak atau Dokter Spesialis Jantung Anak
Langkah pertama dalam mendiagnosis jantung bocor biasanya dimulai dari pemeriksaan fisik rutin. Dokter akan mengevaluasi beberapa tanda awal, seperti:
- Warna kulit, bibir, dan kuku (untuk mendeteksi kemungkinan sianosis)
- Pola napas bayi
- Kenaikan berat badan dan kemampuan menyusu
Salah satu hal yang paling sering ditemukan adalah suara murmur jantung—yaitu suara bising yang tidak biasa saat darah mengalir melalui jantung. Meskipun tidak semua murmur berarti jantung bocor, hal ini sering menjadi petunjuk awal untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan.
2. Deteksi Lewat Suara Bising Jantung (Murmur)
Murmur jantung biasanya terdeteksi dengan stetoskop saat pemeriksaan rutin bayi. Suara ini muncul karena adanya aliran darah yang tidak normal akibat lubang pada sekat jantung. Murmur bisa bersifat:
- Fungsional (normal) – tidak berbahaya dan akan hilang seiring waktu.
- Patologis (abnormal) – bisa menjadi tanda adanya kelainan struktural seperti Atrial Septal Defect (ASD) atau Ventricular Septal Defect (VSD).
Jika dokter mencurigai murmur patologis, bayi akan dirujuk ke dokter spesialis jantung anak (pediatric cardiologist) untuk pemeriksaan lebih mendalam.
3. Pemeriksaan Lanjutan untuk Menegakkan Diagnosis
Setelah dicurigai adanya jantung bocor, dokter akan merekomendasikan serangkaian pemeriksaan lanjutan yang lebih detail:
- Echocardiography (USG Jantung): Ini adalah pemeriksaan utama dan paling akurat untuk mendeteksi jantung bocor pada bayi. Dengan menggunakan gelombang suara (ultrasound), dokter dapat melihat struktur jantung secara langsung—termasuk ukuran lubang, arah aliran darah, serta fungsi katup dan bilik jantung. Kelebihan dari metode pemeriksaan Echocardiography yaitu pemeriksaan ini tidak menyakitkan dan aman, bahkan bisa dilakukan sejak bayi baru lahir atau bahkan saat masih dalam kandungan (fetal echo).
- Rontgen Dada (X-Ray): Digunakan untuk melihat ukuran dan bentuk jantung, serta mengetahui apakah ada penumpukan cairan di paru-paru yang bisa terjadi akibat kelainan jantung bawaan.
- Elektrokardiogram (EKG): Pemeriksaan ini merekam aktivitas listrik jantung dan dapat membantu dokter menilai ritme dan beban kerja jantung.
- CT-Scan Jantung atau MRI Jantung: Jika diperlukan, terutama untuk kasus yang kompleks, dokter bisa menyarankan pemeriksaan lanjutan dengan CT-scan atau MRI untuk mendapatkan gambaran struktur jantung yang lebih detail.
American Heart Association (AHA) menyatakan bahwa echocardiography dapat mendiagnosis lebih dari 80% kasus PJB secara akurat. Oleh karena itu, sangat disarankan dilakukan bila ada dugaan jantung bocor.
4. Deteksi Sejak dalam Kandungan (Fetal Echocardiography)
Jika ibu memiliki faktor risiko tertentu seperti riwayat keluarga PJB, infeksi rubella, atau diabetes gestasional, dokter kandungan bisa merekomendasikan USG jantung janin (fetal echo) mulai usia kehamilan 18–24 minggu. Pemeriksaan ini dapat membantu mendeteksi kelainan jantung sejak dini dan mempersiapkan penanganan segera setelah bayi lahir.
Diagnosis jantung bocor pada bayi kini bisa dilakukan dengan cepat, akurat, dan aman berkat kemajuan teknologi medis. Pemeriksaan sejak dini sangat penting agar bayi bisa segera mendapat perawatan yang tepat dan memiliki peluang hidup serta tumbuh kembang yang optimal. Jika Anda menduga ada kelainan pada jantung bayi Anda, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis jantung.
Apakah Jantung Bocor Bisa Sembuh?
Pertanyaan yang paling sering ditanyakan oleh orang tua ketika mendengar diagnosis jantung bocor pada bayi adalah: “Apakah bisa sembuh?” Kabar baiknya, banyak kasus jantung bocor pada bayi dapat membaik seiring waktu, bahkan tanpa perlu operasi. Namun, tentu saja hal ini tergantung pada jenis dan ukuran kebocoran, serta respon tubuh bayi terhadap kondisi tersebut.
Kemungkinan Penutupan Spontan
Beberapa jenis kebocoran jantung—khususnya yang kecil—dapat menutup dengan sendirinya seiring pertumbuhan bayi. Kondisi ini umumnya terjadi pada:
- Ventricular Septal Defect (VSD) kecil
- Atrial Septal Defect (ASD) kecil
- Patent Ductus Arteriosus (PDA) pada bayi baru lahir
Proses penutupan ini bisa terjadi secara alami dalam beberapa bulan hingga tahun pertama kehidupan anak. Oleh karena itu, pemantauan rutin oleh dokter sangat penting untuk memastikan bahwa kondisi ini tidak menyebabkan komplikasi serius.
Kapan Diperlukan Intervensi Medis?
Jika lubang pada jantung cukup besar atau menyebabkan gejala yang mengganggu, maka penanganan medis aktif diperlukan. Kondisi yang memerlukan intervensi antara lain:
- Bayi mengalami kesulitan bernapas atau menyusu
- Berat badan tidak bertambah
- Terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan
- Ditemukan tekanan darah paru yang meningkat (hipertensi pulmonal)
- Risiko tinggi mengalami infeksi jantung (endokarditis)
Dalam kasus seperti ini, dokter akan mempertimbangkan tindakan pengobatan atau prosedur medis, seperti pemberian obat jantung, kateterisasi, atau bahkan operasi jantung terbuka.
Peran Pemantauan Rutin dan Pengawasan Ahli Jantung Anak
Setiap bayi dengan kelainan jantung bawaan, sekecil apapun, sebaiknya dipantau secara berkala oleh dokter jantung anak. Tujuan dari pemantauan ini adalah untuk:
- Melihat perkembangan kondisi jantung secara berkala melalui Echocardiography
- Menilai kebutuhan intervensi medis bila kondisi memburuk
- Memastikan tumbuh kembang anak berjalan optimal
Frekuensi kontrol bisa bervariasi, mulai dari setiap bulan hingga setiap 6 bulan, tergantung pada kondisi masing-masing anak.
Jantung bocor pada bayi bukan berarti tidak bisa sembuh. Banyak anak dengan kebocoran kecil dapat tumbuh sehat tanpa perlu operasi. Namun, untuk kebocoran yang lebih besar, intervensi medis modern kini sangat aman dan efektif, dengan tingkat keberhasilan tinggi. Yang paling penting adalah deteksi dini, pengawasan ketat, dan dukungan dari tim medis yang kompeten.
Perawatan dan Penanganan Jantung Bocor pada Bayi
Setelah diagnosis ditegakkan, langkah berikutnya yang menjadi fokus utama orang tua adalah: bagaimana penanganannya? Kabar baiknya, berbagai bentuk jantung bocor pada bayi kini bisa ditangani dengan pendekatan yang aman, efektif, dan sesuai dengan kondisi masing-masing anak. Penanganan akan sangat bergantung pada jenis dan ukuran kebocoran, serta apakah kondisi tersebut menimbulkan gejala atau tidak.
Penanganan Jantung Bocor Ringan (PJB Kecil)
Pada banyak kasus, terutama jika lubang jantung tergolong kecil dan tidak menyebabkan gangguan berarti pada fungsi jantung, dokter akan memilih pendekatan pemantauan rutin tanpa tindakan medis invasif.
- Pemantauan Berkala
- Dokter jantung anak akan melakukan pemeriksaan berkala, seperti echocardiography, untuk memantau apakah lubang menutup secara alami.
- Jadwal kontrol bisa dilakukan setiap 3 hingga 6 bulan, tergantung kondisi bayi.
- Orang tua akan diberi panduan mengenai tanda-tanda yang perlu diwaspadai di rumah.
- Gaya Hidup dan Nutrisi
- Orang tua dianjurkan untuk memastikan bayi mendapatkan asupan nutrisi yang baik dan cukup istirahat.
- Bayi dengan PJB kecil biasanya tidak membutuhkan pembatasan aktivitas khusus, namun tetap perlu pengawasan agar tumbuh kembangnya optimal.
Menurut Cleveland Clinic, lebih dari 40% kasus ASD dan VSD kecil bisa menutup sendiri dalam 1–2 tahun pertama kehidupan anak.
Penanganan Jantung Bocor Sedang hingga Berat (PJB Besar)
Jika kebocoran cukup besar dan menyebabkan gangguan fungsi jantung atau paru-paru, maka dokter akan menyarankan intervensi medis, baik berupa obat-obatan maupun tindakan prosedural.
- Terapi Obat-obatan
- Obat diberikan untuk mengurangi gejala dan mendukung fungsi jantung.
- Contoh obat yang sering digunakan:
- Diuretik, untuk mengurangi cairan berlebih di tubuh
- Obat penguat jantung, seperti digoksin, untuk membantu jantung memompa lebih efektif
- Obat biasanya diberikan secara individual, berdasarkan kondisi dan usia bayi.
- Tindakan Medis: Kateterisasi Jantung
- Merupakan prosedur minim-invasif yang dilakukan tanpa membuka dada.
- Dokter akan memasukkan alat kecil melalui pembuluh darah menuju jantung, lalu memasang penutup khusus (device closure) di area kebocoran.
- Cocok untuk kebocoran jenis tertentu seperti ASD atau PDA.
- Prosedur ini biasanya dilakukan di ruang Cath Lab dengan bius total dan waktu pemulihan relatif singkat.
- Operasi Jantung Terbuka
- Diperlukan jika ukuran lubang sangat besar, bentuk kelainan kompleks, atau jika kateterisasi tidak memungkinkan.
- Operasi dilakukan oleh tim bedah jantung anak (pediatric cardiac surgeon) dengan dukungan alat perfusi (mesin jantung-paru).
- Pasca operasi, bayi akan dirawat di ICCU (Intensive Cardiac Care Unit) untuk pemantauan intensif.
- Dengan kemajuan teknologi dan keahlian tim medis, tingkat keberhasilan operasi jantung bawaan kini sangat tinggi, mencapai 90–95% pada kasus terkontrol dan dilakukan di rumah sakit spesialis jantung anak.
Pemulihan dan Tindak Lanjut
- Setelah tindakan medis, bayi akan menjalani pemantauan ketat untuk memastikan tidak ada komplikasi lanjutan.
- Dokter akan menjadwalkan kontrol rutin serta memberikan panduan nutrisi dan aktivitas yang sesuai.
- Dalam banyak kasus, bayi yang mendapatkan perawatan optimal dapat tumbuh dan berkembang layaknya anak sehat pada umumnya.
Perawatan jantung bocor pada bayi tidaklah menakutkan. Dengan pemantauan yang cermat dan intervensi medis yang tepat, banyak anak dengan PJB dapat hidup sehat, aktif, dan tumbuh seperti anak-anak lainnya. Kunci utama adalah diagnosis dini, akses pada dokter spesialis jantung anak, serta dukungan fasilitas kesehatan yang lengkap dan terpercaya.

Komplikasi Jika Tidak Ditangani
Meski istilah “jantung bocor pada bayi” terdengar ringan pada beberapa kasus, bukan berarti boleh dianggap sepele. Jika tidak ditangani secara tepat dan tepat waktu, kebocoran pada jantung bayi dapat menimbulkan berbagai komplikasi serius yang berdampak jangka panjang terhadap kesehatan dan kualitas hidup anak.
Berikut adalah beberapa komplikasi utama yang dapat terjadi apabila kondisi ini dibiarkan tanpa penanganan medis:
1. Gagal Jantung Kongestif
Jantung bayi yang mengalami kebocoran—terutama lubang yang besar—akan bekerja lebih keras dari biasanya untuk memompa darah. Lama kelamaan, otot jantung bisa melemah, tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan tubuh, dan menyebabkan gagal jantung kongestif.
Gejalanya bisa berupa:
- Nafas cepat dan tersengal-sengal
- Bayi mudah lelah saat menyusu
- Perut buncit karena penumpukan cairan
- Bengkak di kaki atau tangan (jarang, tapi bisa terjadi)
Data dari Children’s Heart Foundation menyebutkan bahwa anak-anak dengan kelainan jantung bawaan yang tidak tertangani memiliki risiko lebih tinggi mengalami gagal jantung pada usia dini.
2. Hipertensi Paru (Tekanan Darah Tinggi di Paru-Paru)
Kebocoran jantung membuat aliran darah ke paru-paru menjadi berlebih. Jika berlangsung terus-menerus, tekanan di pembuluh darah paru akan meningkat dan menyebabkan kondisi yang disebut hipertensi pulmonal.
Dalam jangka panjang, ini bisa menyebabkan:
- Paru-paru rusak secara permanen
- Jantung kanan menjadi lemah
- Risiko kematian meningkat
Anda perlu waspada karena hipertensi paru bisa memicu kerusakan permanen – pemeriksaan dini dan pengobatan cepat sangat menentukan hasilnya.
3. Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan
Bayi dengan jantung bocor seringkali kesulitan menyusu dan makan, sehingga asupan nutrisinya tidak mencukupi. Selain itu, kerja jantung yang berat menyebabkan bayi cepat lelah, bahkan untuk aktivitas sederhana seperti menangis atau bergerak.
Akibatnya:
- Berat badan sulit naik (gagal tumbuh)
- Tinggi badan tidak sesuai kurva pertumbuhan
- Keterlambatan perkembangan motorik (seperti duduk, merangkak, berdiri)
Studi dari World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa anak-anak dengan penyakit kronis seperti kelainan jantung bawaan memiliki risiko tinggi mengalami malnutrisi dan keterlambatan tumbuh kembang.
4. Risiko Infeksi Jantung (Endokarditis Infektif)
Lubang pada jantung menciptakan kondisi yang ideal bagi kuman menempel dan berkembang, terutama jika terjadi infeksi pada bagian tubuh lain (misalnya gigi atau saluran pernapasan). Hal ini bisa menyebabkan endokarditis infektif, yaitu infeksi serius pada lapisan dalam jantung dan katupnya.
Ciri khas endokarditis pada anak antara lain:
- Demam tidak turun-turun
- Nafsu makan hilang
- Jantung berdetak tidak normal
- Tanda-tanda gagal jantung muncul mendadak
Kondisi ini sangat berbahaya dan memerlukan pengobatan intensif dengan antibiotik dosis tinggi, bahkan kadang perlu operasi.
Jantung bocor pada bayi tidak boleh dibiarkan tanpa penanganan, meskipun gejalanya tampak ringan. Jika tidak ditangani, kebocoran jantung bisa memicu komplikasi berbahaya yang berdampak permanen terhadap kesehatan anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk:
- Segera berkonsultasi jika ada gejala mencurigakan
- Melakukan kontrol rutin sesuai saran dokter
- Memastikan anak mendapatkan penanganan terbaik dari tim medis berpengalaman
Mengapa Memilih Heartology untuk Penanganan Jantung Bocor pada Bayi
Ketika si kecil didiagnosis mengalami jantung bocor, orang tua tentu ingin memberikan penanganan terbaik—bukan hanya dari sisi teknologi medis, tapi juga perhatian menyeluruh terhadap keselamatan, kenyamanan, dan masa depan anak. Di sinilah Heartology Cardiovascular Hospital hadir sebagai pusat layanan jantung yang unggul dan terpercaya, termasuk dalam menangani kasus kelainan jantung bawaan pada bayi dan anak.
Berikut alasan mengapa Heartology adalah pilihan tepat untuk penanganan jantung bocor pada bayi:
1. Rumah Sakit Khusus Jantung dengan Layanan Komprehensif
Heartology bukan rumah sakit umum, melainkan rumah sakit khusus jantung dan pembuluh darah yang memberikan layanan secara menyeluruh—mulai dari diagnosis, pemantauan, tindakan minimal invasif, hingga operasi kompleks pada bayi dan anak.
Dengan layanan seperti:
- Cardiac Diagnostic Center untuk deteksi dini dan akurat
- Structural Heart Center khusus untuk menangani kelainan jantung bawaan
- Interventional Cardiology Center dengan teknologi kateterisasi canggih
- Heart, Lung & Vascular Surgery Center untuk operasi jantung oleh dokter bedah anak berpengalaman
Heartology mampu memberikan solusi yang terukur dan sesuai kebutuhan setiap pasien, termasuk bayi dengan PJB (Penyakit Jantung Bawaan).
2. Tim Dokter Spesialis dan Subspesialis Nasional & Internasional
Heartology memiliki tim dokter jantung anak, bedah jantung anak, dan berbagai dokter spesialis pendukung yang telah berpengalaman dalam menangani berbagai kasus kompleks, termasuk pada pasien bayi dan neonatus (bayi baru lahir yang berusia 0-28 hari setelah dilahirkan).
Sebagian besar dokter kami juga dikenal luas secara internasional, aktif mengembangkan metode terbaru, serta menjadi narasumber dan penulis publikasi ilmiah di berbagai forum medis dunia.
Dokter ahli yang menangani kasus PJB di Heartology Cardiovascular Hospital:
3. Teknologi Medis Terdepan di Asia Tenggara
Heartology Cardiovascular Hospital menggunakan peralatan medis terkini untuk mendiagnosis dan menangani pasien dengan presisi tinggi dan risiko minimal, terutama pada bayi yang membutuhkan perhatian khusus.
Teknologi unggulan kami antara lain:
- 512 Slice CT-Scan – pemindaian jantung beresolusi tinggi untuk bayi.
- Cath Lab Modern – untuk tindakan kateterisasi tanpa operasi terbuka.
- Intravascular Ultrasound (IVUS) dan Fractional Flow Reserve (FFR) – alat bantu canggih dalam menilai kelainan pembuluh darah jantung.
- EnSite X EP System dan HD Grid 3D – sistem pemetaan jantung modern untuk kasus irama jantung yang menyertai PJB.
Dengan dukungan ini, Heartology mampu melakukan prosedur kompleks sekalipun dengan hasil yang optimal dan pemulihan lebih cepat.
4. Fokus pada Kenyamanan Anak dan Keluarga
Kami memahami bahwa proses pengobatan anak—terutama bayi—bisa menjadi pengalaman yang emosional bagi seluruh keluarga. Oleh karena itu, Heartology tidak hanya fokus pada aspek medis, tapi juga:
- Fasilitas rawat inap yang nyaman dan ramah anak
- Dukungan psikologis dan edukasi orang tua
- Tim perawat terlatih dalam merawat bayi dan anak dengan penyakit jantung
Kenyamanan dan ketenangan pasien serta keluarganya menjadi bagian penting dari pendekatan pelayanan kami.
5. Terakreditasi Paripurna dan Reputasi Sebagai Rumah Sakit Rujukan
Sejak resmi dibuka pada 25 November 2023, Heartology Cardiovascular Hospital telah menjadi rumah sakit rujukan utama untuk kasus-kasus jantung kompleks dari seluruh Indonesia. Kami juga telah terakreditasi dengan predikat Paripurna dari Lembaga Akreditasi Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit (LAM-KPRS), menunjukkan komitmen kami terhadap standar tertinggi keselamatan dan kualitas layanan.
Memilih rumah sakit untuk penanganan jantung bocor pada bayi adalah keputusan besar. Di Heartology, kami percaya bahwa setiap anak berhak mendapatkan perawatan terbaik—baik dari sisi medis, teknologi, maupun empati.

Dengan tim dokter ahli, fasilitas modern, pendekatan multidisipliner, dan fokus pada kenyamanan pasien kecil Anda, Heartology siap menjadi mitra terpercaya Anda dalam menjaga detak jantung kecil yang begitu berharga.
Pertanyaan Umum Seputar Jantung Bocor pada Bayi
Berikut ini beberapa pertanyaan seputar jantung bocor pada bayi yang seringkali ditanyakan oleh masyarakat di Indonesia pada umumnya.
Apakah jantung bocor pada bayi bisa dideteksi sejak dalam kandungan?
Bisa, terutama untuk kebocoran yang besar atau kompleks. Pemeriksaan USG kehamilan yang detail, terutama fetal echocardiography (USG jantung janin), bisa mendeteksi kelainan struktur jantung sejak usia kehamilan 18–22 minggu. Pemeriksaan ini biasanya direkomendasikan jika ada faktor risiko seperti riwayat keluarga dengan penyakit jantung bawaan, ibu menderita diabetes, atau infeksi saat hamil.
Namun, kebocoran kecil kadang tidak terlihat saat dalam kandungan dan baru terdeteksi setelah bayi lahir melalui pemeriksaan fisik dan USG jantung bayi.
Apa saja ciri ciri jantung bocor pada bayi?
Gejala bisa berbeda-beda tergantung besar atau kecilnya kebocoran. Berikut tanda-tanda yang perlu diwaspadai:
- Nafas cepat atau tersengal meski tidak sedang menangis
- Bayi cepat lelah saat menyusu, sering berhenti sebelum kenyang
- Berat badan sulit naik meski makan cukup
- Bibir atau ujung jari kebiruan (sianosis)
- Sering berkeringat berlebihan, terutama di kepala
Kadang pada kebocoran kecil, tidak ada gejala jelas, dan hanya terdengar suara “murmur” (bising jantung) saat diperiksa dokter.
Apakah jantung bocor pada bayi bisa menutup sendiri?
Ya, bisa. Banyak kasus jantung bocor kecil (terutama jenis VSD atau ASD kecil) dapat menutup sendiri seiring pertumbuhan anak, bahkan tanpa perlu pengobatan khusus. Biasanya ditangani dengan pemantauan rutin oleh dokter jantung anak.
Namun, jika kebocoran tidak menutup atau justru menimbulkan gangguan (seperti sesak napas atau pertumbuhan terhambat), maka akan dipertimbangkan tindakan medis.
Apakah jantung bocor pada bayi bisa sembuh?
Bisa, tergantung jenis dan tingkat keparahannya.
- Untuk kasus kebocoran kecil, bisa sembuh dengan sendirinya tanpa operasi.
- Untuk kebocoran sedang hingga besar, biasanya butuh pengobatan seperti pemberian obat penguat jantung, atau tindakan medis seperti kateterisasi jantung (prosedur non-bedah) atau operasi jantung terbuka.
Dengan penanganan yang tepat dan pengawasan dokter spesialis jantung anak, banyak anak dengan jantung bocor bisa tumbuh normal dan aktif seperti anak-anak lainnya.