Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang semakin sering kita jumpai di kehidupan modern. Kondisi yang ditandai dengan kelebihan lemak tubuh ini tak hanya memengaruhi penampilan, tetapi juga memiliki dampak serius pada kesehatan kita. Dari risiko penyakit kardiovaskular hingga gangguan metabolik, dampak obesitas bisa mengurangi kualitas hidup dan meningkatkan risiko berbagai penyakit.
Apa itu Obesitas?
Penyebab Obesitas
Dampak Kesehatan Fisik dari Obesitas
Dampak Kesehatan Mental dan Emosional
Dampak pada Kualitas Hidup dan Umur Harapan Hidup
Strategi Mencegah dan Menangani Obesitas
Apa itu Obesitas?
Obesitas adalah kondisi medis di mana seseorang memiliki kelebihan lemak tubuh yang dapat berdampak buruk pada kesehatan. Pengukuran yang umum digunakan untuk menentukan obesitas adalah Indeks Massa Tubuh (IMT), di mana seseorang dikategorikan obesitas jika memiliki IMT 30 atau lebih. Obesitas sering kali disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kalori yang dikonsumsi dan yang dibakar oleh tubuh melalui aktivitas fisik dan metabolisme.
Di tingkat global, Federasi Obesitas Dunia (World Obesity) melaporkan bahwa prevalensi obesitas telah meningkat tiga kali lipat sejak tahun 1975. Pada 2022, sekitar 13% populasi dewasa dunia mengalami obesitas. Angka ini menunjukkan tren yang mengkhawatirkan karena obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang meluas.
Di Indonesia, data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa pada tahun 2023, angka kasus obesitas mencapai 23,4 persen. Angka ini meningkat dari data tahun 2018 yang sebelumnya mencatat sekitar 21,8 persen. Fakta ini menunjukkan bahwa obesitas juga menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia, akibat dari perubahan gaya hidup dan pola makan modern.
Proporsi Obesitas pada Penduduk Dewasa >18 Tahun di Indonesia
Penyebab Obesitas
Obesitas bukan hanya sekadar persoalan kelebihan berat badan, tetapi juga merupakan kondisi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor.
- Pola Makan Tidak Sehat: Salah satu penyebab utama obesitas adalah pola makan yang tidak sehat. Mengonsumsi makanan tinggi kalori, lemak, dan gula, seperti makanan cepat saji serta minuman manis, dapat berkontribusi pada penambahan berat badan. Kurangnya asupan buah dan sayuran, serta serat, juga dapat mempengaruhi keseimbangan nutrisi kita. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), peningkatan konsumsi makanan berkalori tinggi yang rendah nutrisi merupakan faktor signifikan dalam peningkatan obesitas secara global.
- Kurangnya Aktivitas Fisik: Gaya hidup modern sering kali kurang melibatkan aktivitas fisik, yang menjadi faktor penting lainnya dalam perkembangan obesitas. Waktu yang dihabiskan untuk menonton televisi, menggunakan komputer, atau bermain game video sering menggantikan aktivitas fisik yang lebih sehat. Direkomendasikan setidaknya 150 menit aktivitas aerobik sedang per minggu untuk orang dewasa, tetapi banyak orang tidak mencapainya, yang menyebabkan ketidakseimbangan antara kalori yang dikonsumsi dan yang dibakar.
- Faktor Genetik dan Lingkungan: Obesitas juga dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik dapat mempengaruhi metabolisme tubuh dan cara tubuh menyimpan lemak. Namun, faktor genetik biasanya berinteraksi dengan lingkungan, termasuk pola makan dan aktivitas fisik, untuk mempengaruhi berat badan seseorang. Lingkungan sekitar yang tidak mendukung gaya hidup sehat, seperti kurangnya fasilitas olahraga atau akses mudah ke makanan cepat saji, juga dapat meningkatkan risiko obesitas.Pengaruh Psikologis: Faktor psikologis seperti stres, depresi, dan kebosanan dapat mempengaruhi perilaku makan seseorang. Banyak orang mungkin mengonsumsi makanan lebih dari yang dibutuhkan sebagai respons emosional atau mekanisme coping, sering kali memilih makanan yang tinggi kalori sebagai cara untuk merasa lebih baik. Studi menunjukkan bahwa pendekatan yang mempertimbangkan kesehatan mental dapat membantu dalam pengelolaan berat badan yang lebih efektif.
Dampak Kesehatan Fisik dari Obesitas
Obesitas tidak hanya memengaruhi penampilan fisik, tetapi juga membawa berbagai dampak serius bagi kesehatan tubuh kita. Dalam bagian ini, kita akan membahas dampak kesehatan fisik dari obesitas.
Penyakit Kardiovaskular
Risiko Meningkatnya Tekanan Darah Tinggi dan Penyakit Jantung Koroner
Obesitas memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan jantung. Salah satu risiko terbesar adalah berkembangnya tekanan darah tinggi, atau hipertensi. Ketika seseorang memiliki kelebihan berat badan, jantung perlu bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Hal ini menyebabkan tekanan darah meningkat, yang dalam jangka panjang dapat merusak pembuluh darah dan jantung itu sendiri.
Selain hipertensi, obesitas juga berhubungan erat dengan penyakit jantung koroner. Penumpukan lemak dalam tubuh, terutama lemak visceral yang mengelilingi organ-organ vital, dapat menyebabkan pengerasan dan penyumbatan arteri – suatu kondisi yang dikenal sebagai aterosklerosis. Proses ini mempersempit aliran darah ke jantung dan dapat menyebabkan serangan jantung. Orang dengan obesitas memiliki risiko yang jauh lebih besar untuk mengembangkan penyakit jantung dibandingkan mereka dengan berat badan normal.
Keterkaitan Antara Obesitas dengan Stroke
Selain penyakit jantung, obesitas juga meningkatkan risiko stroke, yang disebabkan oleh gangguan aliran darah ke otak. Kelebihan lemak tubuh dapat menyebabkan inflamasi dan perubahan metabolik yang mempengaruhi aliran darah ke otak, meningkatkan risiko terjadinya stroke. Bahkan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa obesitas meningkatkan kemungkinan mengalami stroke hingga 64% lebih tinggi pada individu obes dibandingkan dengan mereka yang memiliki berat badan normal, menurut data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
Diabetes Tipe 2
Bagaimana Obesitas Memengaruhi Resistensi Insulin
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko utama berkembangnya diabetes tipe 2. Kondisi ini terjadi ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, yang dikenal sebagai resistensi insulin. Insulin adalah hormon yang membantu sel-sel tubuh menyerap glukosa dari darah untuk digunakan sebagai energi. Pada individu dengan obesitas, kelebihan lemak tubuh terutama di area perut dapat menyebabkan peradangan dan perubahan hormon yang mengganggu kemampuan insulin untuk bekerja dengan benar. Hal ini mengakibatkan kadar glukosa darah yang tinggi, yang lama-kelamaan bisa berkembang menjadi diabetes tipe 2.
Tingkat Prevalensi Diabetes pada Individu Obesitas
Obesitas secara dramatis meningkatkan kemungkinan seseorang untuk mengembangkan diabetes tipe 2. Data dari International Diabetes Federation menunjukkan bahwa sekitar 80-85% orang dengan diabetes tipe 2 mengalami obesitas atau kelebihan berat badan. Bahkan, risiko mengalami diabetes tipe 2 bisa meningkat hingga sepuluh kali lipat pada individu yang mengalami obesitas dibandingkan dengan mereka yang memiliki berat badan normal. Tingginya prevalensi ini menggarisbawahi pentingnya pengelolaan berat badan sebagai langkah pencegahan diabetes. Dengan menurunkan berat badan secara berkelanjutan melalui diet sehat dan aktivitas fisik, risiko diabetes tipe 2 secara signifikan dapat ditekan.
Gangguan Metabolik
Sindrom Metabolik dan Kaitannya dengan Obesitas
Obesitas sangat berpengaruh terhadap terjadinya sindrom metabolik, suatu kondisi yang ditandai dengan kombinasi beberapa faktor risiko penyakit jantung dan diabetes. Faktor-faktor tersebut meliputi peningkatan tekanan darah, kadar gula darah yang tinggi, kelebihan lemak di sekitar pinggang, serta kadar kolesterol dan trigliserida yang abnormal. Obesitas, terutama dengan penumpukan lemak di area perut, merupakan kontribusi utama terhadap sindrom metabolik.
Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute, individu dengan obesitas lebih berisiko mengalami sindrom metabolik dibandingkan mereka dengan berat badan normal. Kondisi ini meningkatkan potensi terkena penyakit kardiovaskular dan diabetes jika tidak dikelola dengan baik.
Pengaruh Obesitas Terhadap Kadar Kolesterol dan Lipid
Obesitas tidak hanya mempengaruhi penumpukan lemak di tubuh, tetapi juga dapat berdampak negatif pada kadar kolesterol dan lipid dalam darah. Individu yang mengalami obesitas cenderung memiliki tingkat kolesterol LDL (kolesterol jahat) yang tinggi dan kolesterol HDL (kolesterol baik) yang rendah, serta peningkatan trigliserida. Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan penumpukan plak di dinding arteri, yang dapat mengakibatkan aterosklerosis dan meningkatkan risiko penyakit jantung.
Menjaga berat badan ideal dengan mengatur pola makan dan melakukan aktivitas fisik secara teratur dapat membantu menyeimbangkan kadar kolesterol dan mengurangi risiko gangguan metabolik. Perubahan gaya hidup adalah kunci dalam mengurangi dampak obesitas terhadap kesehatan metabolik.
Gangguan Pernapasan
Obstructive Sleep Apnea (OSA) dan Hubungannya dengan Berat Badan Berlebih
Obesitas merupakan faktor risiko utama untuk Obstructive Sleep Apnea (OSA), suatu kondisi di mana saluran napas bagian atas terhalang selama tidur, menyebabkan pernapasan berhenti sementara. Berat badan berlebih, terutama di sekitar leher, dapat mempersempit saluran napas dan meningkatkan risiko terjadinya OSA.
Menurut American Academy of Sleep Medicine, individu obes memiliki risiko 7 kali lebih tinggi untuk mengalami OSA dibandingkan dengan mereka yang memiliki berat badan normal. Kondisi ini dapat mengakibatkan tidur yang terganggu, kelelahan di siang hari, dan risiko komplikasi kardiovaskular jika tidak diobati.
Dampak Obesitas pada Fungsi Paru-Paru
Selain OSA, obesitas juga dapat memengaruhi fungsi paru-paru secara keseluruhan. Timbunan lemak di daerah perut dapat membatasi gerak diafragma dan mengurangi volume paru-paru, membuat pernapasan menjadi lebih sulit dan kurang efisien. Penurunan kapasitas paru-paru ini juga dapat meningkatkan kemungkinan terjadi masalah napas selama aktivitas fisik. Dengan demikian, menjaga berat badan yang sehat dapat membantu meningkatkan fungsi pernapasan dan menurunkan risiko gangguan terkait obesitas.
Masalah Sistem Pencernaan
Risiko Naiknya GERD (Gastroesophageal Reflux Disease)
Obesitas dapat meningkatkan risiko mengalami GERD, atau Gastroesophageal Reflux Disease, yang ditandai dengan naiknya asam lambung ke kerongkongan. Kelebihan berat badan, terutama di area perut, meningkatkan tekanan pada lambung dan memicu refluks asam lebih sering terjadi.
Menurut American College of Gastroenterology, orang dengan obesitas memiliki prevalensi GERD yang lebih tinggi dibandingkan mereka dengan berat badan normal. GERD dapat menyebabkan rasa tidak nyaman seperti nyeri dada dan sensasi terbakar, serta meningkatkan risiko komplikasi seperti esofagitis dan bahkan kanker esofagus jika tidak ditangani dengan baik.
Peran Obesitas dalam Pembentukan Batu Empedu
Obesitas juga memainkan peran penting dalam pembentukan batu empedu. Timbunan kolesterol yang tinggi, sering ditemukan pada individu obes, dapat menyebabkan pembentukan batu di kandung empedu. Individu yang mengalami obesitas, khususnya wanita, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan batu empedu. Proses penurunan berat badan yang cepat juga dapat mendukung pembentukan batu empedu, sehingga pengelolaan berat badan yang sehat dan bertahap disarankan. Mengadopsi pola makan seimbang dan berolahraga secara teratur dapat membantu mengurangi risiko masalah pencernaan terkait obesitas ini.
Dampak pada Sistem Muskuloskeletal
Masalah Persendian, Seperti Osteoartritis
Obesitas sangat berpengaruh terhadap kesehatan sistem muskuloskeletal, terutama dalam hal kesehatan persendian. Berat badan yang berlebih memberi tekanan tambahan pada persendian, khususnya di lutut dan pinggul, yang dapat mempercepat kerusakan sendi dan memicu osteoartritis. Osteoartritis adalah kondisi kronis di mana tulang rawan yang melindungi ujung tulang mengalami degenerasi, menyebabkan nyeri, kekakuan, dan berkurangnya mobilitas.
Menurut Arthritis Foundation, risiko terkena osteoartritis meningkat secara signifikan pada individu yang obes. Penurunan berat badan, meskipun hanya sedikit, dapat mengurangi tekanan pada persendian dan bermanfaat dalam mengurangi gejala serta memperlambat perkembangan osteoartritis.
Beban Berat pada Tulang dan Otot
Selain dampaknya pada persendian, obesitas juga menambah beban pada tulang dan otot tubuh kita. Kelebihan berat badan berarti tulang dan otot harus bekerja lebih keras untuk mendukung tubuh, yang dapat menyebabkan peningkatan risiko cedera serta mempercepat penurunan massa otot dan kepadatan tulang.
Menurut sebuah studi yang dipublikasikan di Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism, obesitas dapat mengganggu kesehatan tulang karena tekanan mekanis yang berlebihan. Untuk menjaga kesehatan tulang dan otot, penting bagi individu obes untuk terlibat dalam aktivitas fisik teratur yang memperkuat otot tanpa menyebabkan beban berlebih pada persendian. Mengatur pola makan dan mengadopsi gaya hidup aktif adalah langkah penting untuk mencegah komplikasi kesehatan ini.
Dampak Kesehatan Mental dan Emosional
Obesitas tidak hanya berdampak pada aspek fisik, tetapi juga memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan mental dan emosional seseorang. Dalam bagian ini, kita akan membahas bagaimana stigma sosial, hubungan obesitas dengan depresi dan kecemasan, serta disfungsi citra tubuh dan gangguan makan dapat memengaruhi individu yang mengalami obesitas.
Stigma Sosial dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Mental
Obesitas sering disertai dengan stigma sosial yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental individu. Stigma ini muncul dalam bentuk stereotip negatif, diskriminasi, dan perlakuan tidak adil di berbagai lingkungan seperti sekolah, tempat kerja, dan ruang publik.
Menurut American Psychological Association, stigma terkait obesitas dapat menyebabkan stres, rasa malu, dan harga diri rendah yang berkelanjutan. Dampak psikologis dari stigma ini tidak hanya mempengaruhi kesejahteraan emosional, tetapi juga dapat menghambat individu dalam mencari bantuan atau perawatan yang tepat untuk masalah terkait obesitas.
Hubungan Obesitas dengan Depresi dan Kecemasan
Penelitian menunjukkan bahwa obesitas memiliki hubungan erat dengan kondisi mental seperti depresi dan kecemasan. Individu yang mengalami obesitas berisiko lebih tinggi mengalami depresi karena faktor psikologis dan biologis. Selain itu, obesitas dapat memicu rasa tidak puas terhadap diri sendiri dan kecemasan terkait dengan persepsi tubuh serta kesehatan.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Psychiatry menemukan bahwa orang dengan obesitas, terutama wanita, lebih rentan terhadap depresi dibandingkan mereka dengan berat badan normal. Penanganan masalah kesehatan mental ini seringkali memerlukan pendekatan holistik yang mencakup dukungan psikologis dan program penurunan berat badan yang sehat.
Disfungsi Citra Tubuh dan Gangguan Makan
Obesitas juga dapat menyebabkan disfungsi citra tubuh, di mana individu memiliki pandangan negatif atau terdistorsi tentang penampilan fisik mereka. Ketidakpuasan terhadap tubuh yang berkelanjutan dapat meningkatkan risiko gangguan makan seperti binge eating disorder (BED), di mana individu makan secara berlebihan dan merasa kehilangan kendali atas kebiasaan makannya.
Menurut National Eating Disorders Association, individu obes dengan gangguan citra tubuh mungkin mengalami gangguan makan lebih sering daripada populasi umum. Ini menunjukkan pentingnya pendekatan yang berfokus pada penerimaan diri dan dukungan mental dalam upaya penurunan berat badan dan pengelolaan obesitas.
Dampak pada Kualitas Hidup dan Umur Harapan Hidup
Obesitas memiliki dampak yang signifikan tidak hanya pada kesehatan fisik serta mental dan emosional, tetapi juga pada kualitas hidup dan umur harapan hidup seseorang.
Bagian ini akan menggali bagaimana kelebihan berat badan dapat membatasi mobilitas dan menurunkan kualitas hidup secara keseluruhan, serta bagaimana hal ini mempengaruhi umur harapan hidup dan meningkatkan risiko mortalitas.
- Berkurangnya Mobilitas dan Kualitas Hidup: Obesitas dapat secara signifikan mengurangi mobilitas dan kualitas hidup seseorang. Kelebihan berat badan memberikan tekanan ekstra pada sistem muskuloskeletal, sehingga menyebabkan nyeri sendi dan kesulitan bergerak. Akibatnya, aktivitas sehari-hari seperti berjalan, naik tangga, atau bahkan berdiri dalam waktu lama bisa menjadi tantangan. Penurunan mobilitas ini berpotensi mengurangi partisipasi dalam kegiatan sosial dan produktif, yang berdampak negatif pada kesehatan mental dan kesejahteraan secara keseluruhan.
- Pengaruh Obesitas pada Umur Harapan Hidup dan Mortalitas: Obesitas juga terkait dengan penurunan umur harapan hidup dan peningkatan risiko kematian (mortalitas). Penelitian menunjukkan bahwa obesitas dapat mengurangi umur harapan hidup hingga beberapa tahun, tergantung pada tingkat keparahannya. Hal ini disebabkan oleh peningkatan risiko penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, dan kanker, yang semuanya terkait erat dengan obesitas. Data dari National Institutes of Health (NIH) menunjukkan bahwa individu dengan obesitas berat memiliki risiko kematian dini yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang dengan indeks massa tubuh normal. Dengan demikian, intervensi untuk mengurangi obesitas tidak hanya penting untuk kesehatan umum, tetapi juga untuk memperpanjang umur harapan hidup. Mengadopsi pola hidup sehat yang mencakup diet seimbang dan olahraga teratur dapat membantu mengurangi dampak negatif ini.
Tren Kematian Akibat Obesitas di Indonesia (2000-2019)
Strategi Mencegah dan Menangani Obesitas
Mengelola obesitas memerlukan pendekatan yang komprehensif, mengingat banyaknya faktor yang berkontribusi terhadap kondisi ini.
Berikut ini adalah berbagai strategi efektif untuk mencegah dan menangani obesitas, mulai dari menerapkan nutrisi seimbang dan pola makan sehat, meningkatkan aktivitas fisik, hingga mempertimbangkan intervensi medis dan bedah jika diperlukan.
- Nutrisi Seimbang dan Pola Makan Sehat: Mengadopsi nutrisi seimbang dan pola makan sehat adalah langkah awal yang penting dalam mencegah dan menangani obesitas. Memastikan bahwa makanan yang dikonsumsi mengandung semua nutrisi esensial, seperti vitamin, mineral, protein, lemak sehat, dan karbohidrat dalam proporsi yang tepat, dapat membantu mengelola berat badan. Meningkatkan asupan buah, sayuran, biji-bijian, dan mengurangi makanan tinggi gula dan lemak jenuh sangat dianjurkan. Melakukan pembatasan pada porsi makan dan menghindari godaan makanan cepat saji juga dapat berkontribusi pada pengendalian berat badan yang efektif.
- Peningkatan Aktivitas Fisik: Aktivitas fisik yang rutin adalah elemen penting dalam strategi penanganan obesitas. Sangat direkomendasikan untuk setidaknya 150 menit aktivitas aerobik sedang, seperti berjalan cepat atau bersepeda, setiap minggu untuk orang dewasa. Selain itu, memasukkan latihan kekuatan otot setidaknya dua kali seminggu dapat membantu meningkatkan massa otot dan metabolisme tubuh. Aktivitas fisik tidak hanya membantu membakar kalori tetapi juga meningkatkan kesehatan jantung, mood, dan energi secara keseluruhan.
- Intervensi Medis dan Bedah Jika Diperlukan: Dalam beberapa kasus obesitas berat, intervensi medis atau bedah mungkin diperlukan untuk membantu memulai penurunan berat badan yang signifikan. Obat-obatan penurun berat badan dapat diresepkan oleh dokter untuk membantu mengendalikan rasa lapar dan meningkatkan metabolisme. Namun, operasi bariatrik, seperti gastric bypass atau sleeve gastrectomy, mungkin dipertimbangkan jika metode lain tidak berhasil dan obesitas mengancam kesehatan. Operasi ini dapat menghasilkan penurunan berat badan yang signifikan dan meningkatkan kondisi kesehatan yang terkait dengan obesitas, seperti diabetes dan hipertensi.
- Dukungan Sosial dan Psikologis: Dukungan sosial dan psikologis memainkan peran penting dalam keberhasilan penurunan berat badan jangka panjang. Mendapatkan dukungan dari keluarga, teman, atau kelompok dukungan penurunan berat badan dapat memberikan motivasi dan berbagi pengalaman positif. Selain itu, terapi dengan profesional kesehatan mental dapat membantu individu mengatasi perilaku makan emosional dan membangun citra tubuh yang lebih sehat. Pendekatan ini dapat membantu mengatasi hambatan psikologis dan meningkatkan keberhasilan program manajemen berat badan.
Artikel disunting oleh dr. Debby Christiana Soemitha, Sp.PD
Pertanyaan Umum Seputar Obesitas
Berikut ini beberapa pertanyaan seputar obesitas dan dampaknya terhadap kesehatan yang seringkali ditanyakan oleh masyarakat di Indonesia pada umumnya.
Apakah berat badan 70 kg termasuk obesitas?
Berat badan 70 kg tidak serta merta berarti termasuk dalam kategori obesitas. Untuk menentukan apakah seseorang obesitas atau tidak, biasanya digunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT dihitung dengan membagi berat badan (dalam kilogram) dengan tinggi badan kuadrat (dalam meter). Kategori berat badan dapat bervariasi tergantung pada tinggi badan seseorang. Sebagai contoh, jika tinggi badan Anda 1,6 meter, IMT Anda sekitar 27,3, yang termasuk dalam kategori kelebihan berat badan (overweight), bukan obesitas. Penting untuk memperhitungkan rasio ini untuk mendapatkan penilaian yang akurat.
Apa penyebab obesitas?
Obesitas disebabkan oleh kombinasi faktor yang berbeda. Penyebab utamanya adalah konsumsi kalori yang lebih banyak daripada yang digunakan tubuh, sering kali dari makanan tinggi lemak dan gula. Faktor lain termasuk gaya hidup yang kurang aktif, faktor genetik, serta kondisi kesehatan tertentu. Stres dan kurang tidur juga bisa berperan. Mengembangkan kebiasaan makan yang sehat dan meningkatkan aktivitas fisik adalah langkah-langkah penting dalam mengurangi risiko obesitas.
Bagaimana cara mengatasi obesitas pada anak?
Mengatasi obesitas pada anak memerlukan pendekatan yang lembut dan komprehensif. Langkah pertama adalah mendorong pola makan sehat yang mencakup banyak buah, sayuran, dan produk biji-bijian. Penting untuk membuat waktu makan keluarga menjadi waktu berkualitas dengan makanan yang lebih sehat. Selain itu, meningkatkan aktivitas fisik harian dengan lebih banyak bermain di luar dan mengurangi waktu layar juga sangat penting. Libatkan anak dalam memilih dan menyiapkan makanan untuk menanamkan kebiasaan makan yang baik sejak dini. Selalu konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk mendapatkan panduan yang sesuai dengan kebutuhan anak.
Temui Tim Spesialis Kami
Temui dokter spesialis ahli paru di Heartology Cardiovascular Hospital yang siap memberikan layanan terbaik demi kesehatan Anda.
Terkait dengan
Ada pertanyaan?
Hubungi KamiShare to