Elektrokardiogram (EKG): Pengertian, Cara Kerja dan Prosedur
May 19, 2022
Treadmill Jantung: Manfaat, Fungsi dan Prosedur
June 2, 2022

Holter Monitoring: Pengertian, Cara Kerja Dan Risiko

Holter monitoring (ambulatory electrocardiography) adalah suatu alat yang dapat merekam aktivitas listrik jantung serta detak jantung secara terus-menerus selama 24-48 jam pada aktivitas sehari-hari, dengan alat yang disebut sebagai holter monitoring. Pada umumnya, holter monitoring ini sama dengan pemeriksaan elektrokardiogram (EKG). Bedanya, EKG hanya dapat merekam detak jantung selama beberapa menit saja saat pemeriksaan.

Pemeriksaan holter monitoring pada umumnya dilakukan oleh orang yang memiliki kelainan irama jantung (aritmia). Holter monitoring bisa juga kerap dilakukan untuk membantu diagnosis beberapa kelainan pada jantung lainnya. Hasil pemeriksaannya biasanya akan dianalisis oleh dokter spesialis jantung.

Namun, terkadang detak pada jantung menjadi tidak teratur, cepat, atau lambat. Dalam beberapa kasus, detakan tidak teratur membentuk sebuah pola yang membuatnya menjadi berirama. Keseluruhan pada gejala ini menunjukan aritmia. Hal ini umumnya biasa terjadi ketika impuls listrik yang mengontrol detak jantung tidak berfungsi dengan baik. Saraf yang ada dapat terhalangi, sehingga bisa menyebabkan keterlambatan dalam aktivitas listrik jantung.

Meski dokter terkadang menganggap bahwa aritmia berkala tidaklah berbahaya, aritmia kronis, berulang, atau konsisten dapat menjadi berbahaya atau mengancam jiwa. Aritmia dapat menunjukan adanya gagal jantung, serangan jantung, penyakit jantung, serta ketidakseimbangan elektrolit, atau luka pada jantung diantaranya. Cara kerja Holter Monitoring

Cara kerja holter monitoring tidak memerlukan persiapan khusus, pasien hanya dianjurkan untuk mengenakan pakaian yang longgar.

Dalam pemasangannya, pasien dibantu oleh teknisi yang terlatih. Seperti EKG pada biasanya, holter monitoring juga memiliki sejumlah bantalan elektroda, yang melekat langsung pada dada. Jika terdapat rambut, teknisi kemungkinan mencukur daerah tersebut agar alat melekat dengan lebih baik. Hal ini dilakukan dengan posisi pasien berdiri.

Sementara itu, monitor dapat dipakai dengan cara yang berbeda-beda. Monitor dapat ditempatkan dalam tas kecil atau sebuah kontong, dalam celana bersaku, atau serta pada pinggang. Monitor juga dapat diaktifkan dan dinonaktifkan, tergantung pada instruktsi teknisi.

Sebelum pasien keluar dari rumah sakit, teknisi biasanya akan memberikan saran dan petunjuk untuk memastikan holter monitoring bekerja dengan baik dan dijaga. Misalnya, perangkat harus dilepas ketika berenang atau mandi (meskipun disarankan untuk tidak mandi selama masa pengujian). Pasien juga tidak bisa langsung melakukan uji sinar-x atau tes pencitraan dengan monitor terpasang. Tak cuma itu, holter monitoring tidak dianjurkan untuk ditempatkan dekat dengan logam atau benda bermagnet.

Teknisi juga dapat memberikan buku harian holter monitoring, atau pasien dapat mengunduhnya secara online untuk melacak gejala pada waktu tertentu dalam sehari saat monitor digunakan. Beberapa informasi yang termasuk dalam buku harian monitor adalah kegiatan yang dilakukan dan gejala serta tanggal dan waktu ketika data diambil. Setelah 24-48 jam, teknisi akan melepas monitor Holter dan mulai menganalisis data yang terekam. Risiko Holter Monitoring

Secara umum, penggunaan holter monitoring bersifat aman. Namun ada sedikit ketidaknyamanan karena pasien harus membawa holter monitoring kemanapun selama dua hari. Dengan ukurannya yang kecil (seukuran mini cam), monitor sangatlah nyaman untuk dibawa kemanapun. Holter monitoring juga dapat disembunyikan di bawah pakaian.

Namun, salah satu masalah pada holter monitoring adalah bahwa monitor mungkin tidak merekam seluruh “kejadian” dan saat-saat ketika gejala muncul. Jika banyak gejala yang tidak tercatat, seluruh pengujian tidak dapat digunakan dan dokter akan tetap tidak dapat memeriksa pasien dengan baik atau menentukan penyebab gejala. Karena itu, pasien akan diminta untuk melakukan pengujian ulang.

Meskipun sangat jarang, monitor dapat memicu reaksi alergi atau iritasi pada kulit pasien akibat bantalan elektroda yang terpasang. Jika salah satu dari hal tersebut terjadi, pasien harus segera memberitahukan dokter dan teknisi untuk pengambilan langkah lanjutan.

Beberapa orang mungkin juga memiliki kesulitan untuk memastikan perangkat menyala ketika kegiatan berlangsung dan memantau gejala pada buku harian monitor. Data yang tidak lengkap dapat memberikan dokter gambaran kondisi pasien yang tidak tetap.