Demam rematik adalah salah satu kondisi kesehatan yang perlu diwaspadai, karena dapat memengaruhi jantung dan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Meskipun sering dianggap sebagai penyakit yang jarang, demam rematik masih menjadi masalah di banyak negara, termasuk Indonesia.
Data epidemiologi global menunjukkan bahwa insiden demam rematik telah menurun signifikan di negara maju dibandingkan dengan negara berkembang. Penurunan ini berkaitan dengan berbagai faktor, seperti peningkatan kondisi sosioekonomi, akses yang lebih baik ke fasilitas kesehatan, dan ketersediaan pengobatan.
Namun, insiden demam rematik tetap tinggi pada populasi usia muda di negara dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah, termasuk Indonesia. Di negara berkembang, penyakit ini sering ditemukan di daerah dengan kepadatan penduduk tinggi dan tingkat ekonomi rendah. Data global menunjukkan terdapat sekitar 33 juta pasien demam rematik di seluruh dunia, dengan 300.000 hingga 500.000 kasus baru setiap tahunnya, serta sekitar 230.000 kematian akibat komplikasi jangka panjang. Insiden tahunan demam rematik berkisar dari kurang dari 0,5 kasus per 100.000 penduduk di negara maju hingga lebih dari 100 per 100.000 penduduk di negara berkembang.
Di Indonesia, meskipun data epidemiologi nasional mengenai demam rematik belum tersedia, mortalitas yang terkait dengan komplikasi penyakit ini menunjukkan tren yang memburuk seiring waktu, dengan angka mortalitas mencapai 10% dalam periode sepuluh tahun setelah terjadinya komplikasi. Oleh karena itu, respon cepat dan edukasi masyarakat menjadi kunci dalam upaya pencegahan dan penanganan penyakit ini agar tidak mengakibatkan kerusakan jantung yang permanen.