Jantung yang sehat bekerja dengan efisien, memompa darah kaya oksigen ke seluruh tubuh. Namun, terkadang jantung lahir dengan kondisi bawaan yang memerlukan perhatian medis. Salah satu kondisi tersebut adalah Atrial Septal Defect (ASD).
Kondisi Atrial Septal Defect (ASD) mengakibatkan aliran darah yang tidak normal di dalam jantung, sehingga mempengaruhi kinerja organ vital tersebut. ASD dapat dialami oleh siapa saja, baik anak-anak maupun dewasa, meskipun gejalanya sering kali tidak langsung terlihat pada tahap awal kehidupan.
Penting untuk memahami lebih lanjut mengenai ASD, termasuk jenis, gejala, dan opsi pengobatannya, agar kita bisa lebih waspada dan tanggap dalam menangani penyakit ini.
Apa itu Atrial Septal Defect (ASD)?
Atrial Septal Defect (ASD) adalah kelainan jantung bawaan di mana terdapat lubang pada septum atrium, yaitu dinding yang memisahkan atrium kiri dan kanan jantung. Pada kondisi normal, septum ini berfungsi untuk mencegah darah kaya oksigen bercampur dengan darah yang mengandung karbon dioksida.
Namun, pada penderita ASD, lubang pada septum membuat darah dari kedua atrium bercampur, sehingga mengganggu aliran darah dalam tubuh. Hal ini dapat menyebabkan jantung dan paru-paru bekerja lebih keras dari biasanya, yang berpotensi menimbulkan masalah kesehatan lebih lanjut jika tidak ditangani dengan baik.
Atrial Septal Defect (ASD) merupakan salah satu cacat jantung bawaan yang cukup umum, tidak hanya di tingkat global tetapi juga di Indonesia. Di Indonesia, prevalensi ASD cukup signifikan; ASD adalah lesi jantung bawaan kedua yang paling umum di antara anak-anak setelah Ventricle Septal Defect (VSD). Menurut estimasi, insiden Penyakit Jantung Bawaan (PJB) di Indonesia diperkirakan sekitar 32 hingga 40 ribu kasus setiap tahunnya, dengan ASD menyumbang sekitar 17% dari total kasus tersebut.
Data berikut menunjukkan gambaran prevalensi ASD di Indonesia dalam konteks Penyakit Jantung Bawaan secara keseluruhan:
Sumber data menunjukkan bahwa di tingkat global, prevalensi ASD juga cukup tinggi, dihitung sekitar 1 dari 2.000 kelahiran hidup. Penyakit ini lebih umum terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki, dengan rasio sekitar 3:1.
Jenis-Jenis ASD
Atrial Septal Defect (ASD) dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan lokasi kelainan pada septum atrium. Setiap jenis memiliki karakteristik dan implikasi medis yang berbeda:
ASD Ostium Secundum: Ini adalah jenis ASD yang paling umum, terjadi ketika terdapat lubang di tengah septum atrium, yang merupakan bagian pembatas antara atrium kiri dan kanan. ASD Ostium Secundum sering kali tidak menimbulkan gejala sampai dewasa dan mungkin terdeteksi saat pemeriksaan jantung rutin. Lubang ini memungkinkan darah dari atrium kiri yang kaya oksigen bercampur dengan darah di atrium kanan yang mengandung lebih banyak karbon dioksida, sehingga meningkatkan volume darah yang dipompa ke paru-paru.
ASD Ostium Primum: Jenis ASD ini melibatkan adanya celah di bagian bawah septum atrium dekat sambungan dengan katup jantung. ASD ini biasanya terdeteksi lebih awal pada masa kanak-kanak dan sering dikaitkan dengan cacat jantung bawaan lain, seperti kelainan katup mitral atau trikuspid. Karena lokasinya, ASD Ostium Primum dapat menyebabkan kemunduran fungsi katup jantung, sehingga penanganannya sering memerlukan tindakan medis lebih lanjut.
ASD Sinus Venosus: ASD jenis ini relatif jarang dan biasanya terjadi di bagian atas septum atrium, dekat dengan tempat masuknya vena ke atrium kanan. Lubang ini dapat mempengaruhi arah aliran darah dari vena pulmonalis ke jantung, yang kadang kala menimbulkan masalah lain seperti malposisi vena. Diagnosis ASD Sinus Venosus mungkin memerlukan prosedur pencitraan yang lebih spesifik untuk mendapatkan gambaran yang mendetail mengenai anatomi jantung.
Setiap jenis ASD memiliki implikasi yang unik terhadap sirkulasi darah dalam jantung, dan bisa membutuhkan pendekatan penanganan yang berbeda. Oleh karena itu, diagnosis yang tepat dan konsultasi dengan ahli kardiologi sangat penting untuk menentukan langkah pengobatan yang sesuai bagi penderita ASD.
Penyebab ASD
Atrial Septal Defect (ASD) merupakan kondisi jantung bawaan yang muncul ketika struktur jantung tidak terbentuk sempurna selama masa perkembangan janin. Penyebab pasti dari ASD masih belum sepenuhnya dipahami, namun ada beberapa faktor yang diduga berperan dalam meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini.
1. Penyebab yang Diketahui dan Idiopatik
Banyak kasus ASD dianggap idiopatik, yang berarti tidak ada penyebab spesifik yang diidentifikasi. Namun, beberapa faktor diketahui dapat meningkatkan risiko seorang bayi lahir dengan ASD:
Genetik: Riwayat keluarga dengan kelainan jantung bawaan dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengembangkan ASD. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan genetik, di mana mutasi pada gen tertentu dapat mempengaruhi perkembangan jantung.
Faktor Lingkungan: Faktor lingkungan selama kehamilan, seperti paparan infeksi tertentu atau penggunaan zat-zat tertentu seperti alkohol dan obat-obatan terlarang oleh ibu, dapat mempengaruhi perkembangan jantung bayi.
Kondisi Kesehatan Ibu: Kondisi medis tertentu pada ibu hamil, seperti diabetes yang tidak terkontrol, juga dapat meningkatkan risiko kelainan jantung bawaan pada bayi, termasuk ASD.
2. Faktor Genetik dan Kesehatan Lainnya
Studi menunjukkan bahwa ASD sering kali terjadi bersamaan dengan sindrom genetik lain, seperti Down Syndrome *. Pada kondisi ini, adanya kelainan genetik menyeluruh dapat mempengaruhi pembentukan struktur jantung, sehingga meningkatkan risiko terjadinya ASD. (* Sumber: Atrial Septal Defects in the Adult: Recent Progress and Overview)
Pentingnya pemeriksaan prenatal yang komprehensif tidak bisa diabaikan, karena deteksi dini dapat membantu dalam pengelolaan kondisi ini sejak awal. Konsultasi dengan ahli genetika mungkin diperlukan jika ada kekhawatiran mengenai risiko genetik dalam keluarga. Dengan penanganan yang tepat dan tepat waktu, banyak anak dengan ASD yang dapat menjalani kehidupan yang sehat dan aktif.
Gejala Atrial Septal Defect (ASD)
Gejala ASD bervariasi tergantung pada ukuran defek, usia pasien, dan adanya kelainan jantung lainnya. Beberapa individu mungkin tidak mengalami gejala sama sekali, terutama jika defeknya kecil.
Gejala pada Anak
Pada bayi dan anak-anak, gejala Atrial Septal Defect (ASD) mungkin tidak langsung terlihat karena sering kali muncul secara perlahan. Namun, ada beberapa tanda yang bisa diwaspadai oleh orang tua:
Sesak Napas: Anak mungkin mengalami kesulitan bernapas, terutama saat beraktivitas atau menangis. Ini terjadi karena campuran darah dari kedua atrium yang memaksa jantung dan paru-paru bekerja lebih keras.
Mudah Lelah: Anak-anak dengan ASD mungkin lebih cepat lelah dibandingkan teman sebayanya. Kondisi ini bisa terlihat saat mereka bermain atau berolahraga.
Pertumbuhan yang Lambat: Beberapa anak dengan ASD dapat mengalami pertumbuhan yang lebih lambat, termasuk berat badan yang tidak naik sesuai usia.
Infeksi Pernapasan Berulang: Sering mengalami infeksi seperti pneumonia atau bronkitis juga bisa menjadi indikasi adanya ASD, karena sirkulasi darah yang abnormal dapat melemahkan sistem pertahanan paru-paru.
Gejala pada Dewasa
Pada orang dewasa, gejala ASD sering kali tidak disadari hingga usia lanjut karena tubuh beradaptasi dengan kondisi tersebut. Gejala yang mungkin dialami meliputi:
Palpitasi: Detak jantung yang cepat atau tidak beraturan dapat muncul akibat ketidakseimbangan aliran darah dalam jantung.
Sesak Napas saat Berolahraga: Kesulitan bernapas atau cepat merasa capai saat melakukan aktivitas fisik adalah gejala umum akibat peningkatan aliran darah ke paru-paru.
Pusing dan Kelelahan Kronis: Penderita mungkin merasakan pusing ringan dan terus-menerus merasa lelah, yang merupakan akibat dari jantung yang bekerja lebih keras untuk mempertahankan sirkulasi darah normal.
Kapan Harus ke Dokter
Sangat penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter jika Anda atau anak Anda menunjukkan gejala-gejala yang disebutkan di atas. Orang tua harus waspada dan tidak mengabaikan tanda-tanda seperti sesak napas, kelelahan ekstrem, atau infeksi pernapasan yang sering.
Pemeriksaan lebih lanjut seperti ekokardiografi dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis dan menentukan langkah penanganan yang tepat. Mendeteksi ASD lebih awal sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut di kemudian hari.
Diagnosis Atrial Septal Defect (ASD)
Diagnosis ASD melibatkan beberapa langkah untuk mengkonfirmasi keberadaan dan keparahan defek.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan langkah awal yang penting. Dokter akan mendengarkan detak jantung pasien menggunakan stetoskop (auskultasi). ASD seringkali menghasilkan suara jantung yang tidak normal atau murmur, yang dapat menjadi petunjuk adanya defek. Dokter juga akan memeriksa tanda-tanda lain seperti sesak napas, sianosis (kulit kebiruan), dan pembengkakan pada kaki.
Elektrokardiogram (EKG)
EKG merupakan tes sederhana yang merekam aktivitas listrik jantung. Pada pasien dengan ASD, EKG dapat menunjukkan perubahan dalam irama jantung dan pola gelombang listrik, yang dapat menunjukkan adanya beban jantung atau aritmia terkait ASD. Namun, EKG sendiri tidak selalu cukup untuk mendiagnosis ASD.
Ekokardiografi
Ekokardiografi adalah tes pencitraan non-invasif yang menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar jantung. Ini adalah tes paling penting untuk mendiagnosis dan menilai keparahan ASD. Ada dua jenis utama ekokardiografi:
Ekokardiografi Transthoracic (TTE): Prosedur ini dilakukan dari luar dada dan menggunakan gelombang suara untuk menciptakan gambar jantung. TTE dapat memperlihatkan lokasi dan ukuran lubang pada septum atrium, serta menilai bagaimana ASD mempengaruhi aliran darah dan fungsi jantung. Transduser diletakkan di dada pasien untuk menghasilkan gambar jantung.
Ekokardiografi Transesophageal (TEE): TEE memberikan gambar yang lebih detail dibandingkan TTE. Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan transduser ke dalam kerongkongan, mendekati jantung secara langsung, untuk mendapatkan gambar yang lebih jelas mengenai struktur jantung. Transduser diletakkan di kerongkongan untuk memperoleh gambar yang lebih detail dari jantung. Prosedur ini memerlukan anestesi ringan dan lebih invasif daripada TTE. TEE sering dilakukan jika TTE tidak memberikan hasil yang memadai.
Ekokardiografi memungkinkan dokter untuk melihat ukuran dan lokasi defek, menilai aliran darah melalui defek, dan mengevaluasi fungsi jantung secara keseluruhan.
Tes Penunjang Lainnya (Jika Diperlukan)
Dalam beberapa kasus, tes penunjang lainnya mungkin diperlukan untuk mendapatkan informasi lebih detail atau untuk mengevaluasi kondisi jantung yang terkait. Tes-tes ini dapat meliputi:
Kateterisasi Jantung: Prosedur invasif yang melibatkan penyisipan kateter tipis ke dalam pembuluh darah untuk mengukur tekanan dan aliran darah di jantung. Kateterisasi jantung dapat memberikan informasi lebih detail tentang ukuran dan lokasi defek, serta menilai keparahan ASD.
CT-Scan atau MRI Jantung: Pemeriksaan pencitraan yang memberikan gambaran detail tentang struktur jantung. Ini dapat membantu dalam mengevaluasi anatomi jantung secara keseluruhan dan mengidentifikasi adanya kelainan jantung lainnya.
Pilihan tes penunjang akan ditentukan berdasarkan gejala pasien, temuan pemeriksaan fisik, dan hasil EKG dan ekokardiografi.
Pengobatan Atrial Septal Defect (ASD)
Pilihan pengobatan untuk Atrial Septal Defect (ASD) bergantung pada beberapa faktor, termasuk ukuran defek, usia pasien, gejala yang dialami, dan kesehatan jantung secara keseluruhan.
Pengobatan Tanpa Operasi (Jika Ada)
Beberapa kasus Atrial Septal Defect (ASD) dapat dikelola tanpa memerlukan operasi, terutama jika lubangnya kecil dan tidak menyebabkan masalah kesehatan yang signifikan. Dalam situasi ini, pemantauan rutin oleh dokter kardiologi mungkin cukup untuk memastikan tidak ada komplikasi yang berkembang. Pengobatan tanpa operasi juga dapat melibatkan penggunaan obat-obatan untuk mengontrol gejala atau komplikasi, seperti obat untuk mengurangi beban kerja jantung atau mengatasi detak jantung yang tidak teratur. Pasien dengan ASD kecil, tanpa gejala, atau mereka yang memiliki risiko tinggi untuk pembedahan mungkin cocok untuk pendekatan ini.
Operasi ASD
Jika ASD menyebabkan gejala atau risiko komplikasi yang serius, maka tindakan pembedahan mungkin diperlukan. Ada dua metode utama untuk menutup ASD:
Penutupan ASD dengan Perangkat Transkateter (Percutaneous Closure): Prosedur ini minimal invasif dan dilakukan melalui kateter yang dimasukkan melalui pembuluh darah di paha. Sebuah perangkat kecil digunakan untuk menutup lubang di septum atrium. Metode ini cocok untuk lubang yang berbentuk dan berukuran tertentu serta sering lebih cepat pulih dibandingkan operasi terbuka.
Operasi Jantung Terbuka (Open Heart Surgery): Digunakan untuk kasus yang lebih kompleks atau jika lubang terlalu besar untuk dikelola melalui kateter. Dalam operasi ini, ahli bedah akan membuka dada dan menggunakan jahitan atau patch untuk menutup lubang. Ini adalah prosedur yang lebih invasif dengan waktu pemulihan yang lebih lama, namun sering diperlukan untuk memastikan penutupan yang sempurna.
Perawatan Pasca Operasi
Setelah menjalani prosedur penutupan ASD, baik transkateter maupun operasi jantung terbuka, pasien akan memerlukan perawatan pasca operasi yang komprehensif untuk memastikan pemulihan yang optimal. Ini dapat meliputi:
Istirahat: Istirahat yang cukup sangat penting untuk memungkinkan jantung dan tubuh pulih. Lama istirahat yang dianjurkan akan bervariasi tergantung pada jenis prosedur dan kondisi pasien.
Istirahat: Istirahat yang cukup sangat penting untuk memungkinkan jantung dan tubuh pulih. Lama istirahat yang dianjurkan akan bervariasi tergantung pada jenis prosedur dan kondisi pasien.
Pengobatan: Pasien mungkin memerlukan pengobatan untuk mengelola rasa sakit, mencegah infeksi, atau mengatasi komplikasi lainnya. Obat-obatan ini dapat berupa antikoagulan, antibiotik, atau obat-obatan lain yang diresepkan oleh dokter.
Pemeriksaan Berkala: Pemeriksaan dan evaluasi berkala sangat penting untuk memantau proses penyembuhan, mendeteksi potensi komplikasi, dan memastikan fungsi jantung yang normal. Dokter akan memberikan jadwal pemeriksaan lanjutan yang sesuai.
Aktivitas Fisik: Dokter akan memberikan panduan tentang kapan dan bagaimana pasien dapat memulai kembali aktivitas fisik secara bertahap. Penting untuk menghindari aktivitas fisik yang berat hingga pemulihan yang cukup tercapai.
Pemantauan rutin oleh tenaga medis sangat penting untuk memastikan tidak ada komplikasi pasca operasi dan bahwa jantung berfungsi dengan baik setelah koreksi ASD.
Paket Skrining Kesehatan Jantung Lengkap
Periksakan Kesehatan Jantung Anda Hari Ini dengan Dokter Spesialis
Nikmati pilihan paket pemeriksaan kesehatan dan paket perawatan dengan harga spesial di Heartology Cardiovascular Hospital.
Meskipun penutupan ASD umumnya aman dan efektif, terdapat potensi komplikasi, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Komplikasi Jangka Pendek
Setelah menjalani operasi untuk penutupan Atrial Septal Defect (ASD), ada beberapa komplikasi jangka pendek yang mungkin terjadi, meskipun umumnya jarang dan dapat diatasi. Komplikasi ini meliputi:
Perdarahan: Perdarahan di lokasi penyisipan kateter (pada prosedur transkateter) atau di lokasi sayatan bedah (pada operasi jantung terbuka) merupakan risiko yang perlu diwaspadai.
Infeksi: Infeksi pada lokasi penyisipan kateter atau area bedah dapat terjadi. Pencegahan infeksi dengan antibiotik dan teknik sterilisasi yang tepat sangat penting.
Reaksi terhadap Anestesi: Reaksi alergi atau efek samping lainnya terhadap anestesi dapat terjadi pada prosedur yang memerlukan anestesi.
Aritmia: Gangguan irama jantung dapat terjadi sementara setelah prosedur. Pemantauan EKG dan pengobatan yang tepat diperlukan jika terjadi aritmia yang signifikan.
Trombosis (Penggumpalan Darah): Terbentuknya gumpalan darah di jantung atau pembuluh darah merupakan komplikasi yang jarang namun serius. Antikoagulan (pengencer darah) mungkin diberikan untuk mengurangi risiko ini.
Emboli Paru: Gumpalan darah yang terlepas dan masuk ke paru-paru.
Komplikasi Jangka Panjang
Jika ASD tidak ditangani, beberapa komplikasi jangka panjang dapat terjadi, termasuk:
Hipertensi Paru (PHT): Peningkatan tekanan darah di arteri paru-paru. Ini disebabkan oleh peningkatan aliran darah melalui paru-paru akibat ASD. PHT yang parah dapat menyebabkan gagal jantung.
Gagal Jantung: Jantung mengalami kesulitan memompa darah secara efektif. Ini dapat terjadi jika ASD menyebabkan beban kerja jantung yang berlebihan dalam jangka panjang.
Stroke: ASD dapat meningkatkan risiko stroke dengan memungkinkan pembentukan gumpalan darah yang dapat bergerak ke otak.
Aritmia: Gangguan irama jantung dapat berkembang dalam jangka panjang, termasuk atrial fibrilasi (serambi berdebar tidak teratur).
Endokarditis Infeksius: Infeksi pada lapisan dalam jantung.
Meskipun komplikasi ini jarang terjadi, terutama setelah penutupan ASD yang berhasil, penting untuk memahami risiko potensial dan menjalani pemeriksaan dan pemantauan secara teratur untuk mendeteksi dini komplikasi.
Pencegahan Atrial Septal Defect (ASD)
Pencegahan ASD merupakan tantangan karena sebagian besar kasus disebabkan oleh faktor genetik atau penyebab yang tidak diketahui.
Pencegahan Primer
Mencegah Atrial Septal Defect (ASD) sepenuhnya sebelum lahir memang cukup sulit dilakukan karena ASD adalah kelainan bawaan yang disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk faktor genetik dan lingkungan selama perkembangan janin. Namun, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mendukung kesehatan janin secara keseluruhan:
Perawatan Pranatal: Penting bagi ibu hamil untuk menjalani perawatan pranatal yang baik dan rutin. Pemeriksaan kehamilan yang teratur membantu dokter untuk memantau perkembangan janin dan mendeteksi kelainan apa pun sedini mungkin.
Gaya Hidup Sehat: Ibu hamil disarankan untuk menghindari merokok, alkohol, dan obat-obatan terlarang, serta memastikan diet yang seimbang dan kaya nutrisi. Hal ini dapat meminimalkan risiko kelainan jantung bawaan.
Kontrol Kesehatan: Kondisi medis ibu seperti diabetes harus dikontrol dengan baik selama kehamilan. Pengecekan gula darah secara rutin dan mengikuti saran medis sangat penting dalam mengurangi risiko kehamilan yang dapat mempengaruhi jantung bayi.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder menekankan pentingnya deteksi dan penanganan dini ASD untuk mencegah komplikasi lebih lanjut:
Deteksi Dini: Pemeriksaan dengan teknologi pencitraan modern seperti ekokardiografi memungkinkan diagnosa ASD sejak usia dini, bahkan saat masih dalam kandungan. Deteksi dini ini sangat penting agar penanganan dapat dilakukan sedini mungkin untuk mencegah komplikasi.
Pengobatan Dini: Jika ASD terdeteksi, konsultasi dengan spesialis jantung anak sangat penting untuk menentukan rencana pengobatan atau pemantauan yang tepat. Penutupan ASD melalui prosedur medis dapat dilakukan bila diperlukan, untuk memastikan fungsi jantung tetap optimal dan mengurangi risiko komplikasi jangka panjang seperti hipertensi paru atau gagal jantung.
Dengan langkah-langkah pencegahan primer dan sekunder ini, risiko komplikasi serius akibat ASD dapat diminimalkan, dan anak-anak dapat menjalani kehidupan yang lebih sehat.
Perbandingan antara ASD pada Anak dan Dewasa
Atrial Septal Defect (ASD) dapat mempengaruhi individu baik anak-anak maupun dewasa, namun gejala, diagnosis, dan pengobatannya bisa berbeda antara kedua kelompok usia ini.
Perlu diingat bahwa setiap kasus ASD bersifat unik. Dokter spesialis jantung akan mengevaluasi setiap pasien secara individual untuk menentukan rencana pengobatan yang paling tepat berdasarkan faktor-faktor seperti usia, gejala, ukuran defek, dan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan.
Kesimpulan
Atrial Septal Defect (ASD) merupakan kelainan jantung bawaan yang ditandai dengan adanya lubang pada septum atrium, dinding yang memisahkan serambi jantung kanan dan kiri. Ukuran dan lokasi lubang ini bervariasi, dan hal ini mempengaruhi keparahan gejala dan kebutuhan pengobatan. Meskipun beberapa individu dengan ASD kecil mungkin tidak mengalami gejala, kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak ditangani.
Gejala ASD dapat bervariasi tergantung pada usia dan ukuran defek. Pada anak-anak, gejala mungkin lebih jelas, sedangkan pada dewasa, gejala seringkali lebih samar dan baru muncul di kemudian hari. Diagnosis ASD biasanya melibatkan pemeriksaan fisik, EKG, dan ekokardiografi, dengan tes penunjang lainnya yang mungkin diperlukan dalam beberapa kasus.
Pengobatan ASD dapat berupa observasi (pada kasus tertentu) atau intervensi medis untuk menutup defek, baik melalui prosedur transkateter atau operasi jantung terbuka. Pilihan metode pengobatan tergantung pada beberapa faktor, termasuk ukuran dan lokasi defek, usia pasien, dan kondisi kesehatan secara keseluruhan. Setelah prosedur penutupan ASD, perawatan pasca operasi diperlukan untuk memastikan pemulihan yang optimal dan mencegah komplikasi.
Pentingnya Deteksi dan Pengobatan Dini
Deteksi dan pengobatan dini ASD sangat penting untuk mencegah komplikasi jangka panjang yang serius, seperti hipertensi paru, gagal jantung, stroke, dan aritmia. Pemeriksaan kesehatan rutin pada anak-anak dan evaluasi medis yang tepat waktu jika gejala muncul dapat membantu mendeteksi ASD sedini mungkin. Pengobatan yang tepat dan efektif akan meningkatkan kualitas hidup pasien dan mencegah morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan ASD yang tidak tertangani.
Pertanyaan Umum Seputar Penyakit Atrial Septal Defect (ASD)
Berikut ini beberapa pertanyaan seputar penyakit Atrial Septal Defect (ASD) yang seringkali ditanyakan oleh masyarakat di Indonesia pada umumnya.
Apakah Penyakit ASD berbahaya?
Jika tidak ditangani, ASD dapat berbahaya karena dapat menyebabkan komplikasi serius pada jantung dan paru-paru.
Apakah Penyakit ASD bisa sembuh sendiri?
ASD tidak dapat sembuh sendiri dan biasanya memerlukan penanganan medis, terutama jika gejalanya cukup mengganggu aktivitas sehari-hari.
Apakah Penyakit ASD dapat ditularkan?
ASD tidak menular karena merupakan kelainan bawaan yang terjadi sejak lahir.
Temui Tim Spesialis Kami
Temui para dokter spesialis ahli penyakit jantung bawaan di Heartology Cardiovascular Hospital yang siap memberikan layanan terbaik demi kesejahteraan jantung dan kesehatan Anda.